Sabtu, 16 November 2019

Kata Pengantar

Sudah beberapa tahun blog ini terbengkalai. Mulanya blog ini dibuat bersamaan dengan tugas TIK yang diberikan pada kita untuk membuat blog. Antusias dengan hal tersebut kami pun membuat sebuah blog untuk kelas kami. Awalnya yah, mungkin diisi segala macam yang pantas untuk dikirimkan dan ditayangkan di blog. Selain itu mungkin pernah kami kirimkan karya bahasa Indonesia kami yakni tugas membuat puisi. Yang beberapa waktu terselang ada sedikit cekcok dengan pihak yang merasa karyanya dibajak oleh blog ini. Kasus tersebut terselesaikan dengan permintaan maaf dari kawan kami yang memang mengutip puisi dari orang lain ketika itu.

Tak terasa peristiwa-peristiwa itu kini sudah menjadi masa lalu yang begitu jauh bagi kami. Ketika saya menulis posting ini, kawan kami telah berkelana keliling dunia. Ada yang mengikuti program pertukaran pelajar ke belahan bumi Eropa ada pula yang berkuliah di negeri perbatasan benua Eropa dan Asia. Penulis pribadi kini tengah menempuh pendidikan lanjutannya di kota Bandung. Tidak seperti kawan-kawan seangkatan yang lain, saya baru masuk kuliah di tahun ini, tahun 2019. Tahun yang mungkin sebagian dari kawan seangkatan penulis ada yang telah menyelesaikan kuliahnya dan telah diwisuda.

Sedikit bercurah, saya tengah berkuliah di jurusan desain yang tugasnya gak nyantai. Yah, mau dikata berat juga, semua juga butuh pengorbanan. Karena kata orang pula, "Hidup itu adalah perjuangan," lah kalau gak berat perlu dipertanyakan hidupkah kita selama ini? Jadi para pembaca yang budiman, dari lubuk hati yang terdalam, saya doakan agar selalu tegar dalam menghadapi segala yang tengah para pembaca hadapi.

Minggu, 25 Februari 2018

Bisikan Angin

Tahun ini musim dingin bagai tidak menghampiri kota Kastamonu ini. Suasananya memang dingin, adakalanya ketika suhu lingkungan mencapai -7 derajat celcius, tapi salju tidak sampai menumpuk. Padahal di tahun sebelumnya salju begitu banyaknya hingga menyebabkan ban mobil slip dan mengharuskan penggunanya memasang rantai pada ban. Dan tanpa semua orang sadari musim semi mulai menghampiri.
Sebagai salah seorang mahasiswa yang merantau ke negri orang, pastinya halangan paling besar dan yang paling krusial itu adalah masalah basaha. Karena semua itu berawal dari mengenal, sedang bila tidak mengerti bahasanya, mana bisa berkenalan. Saya sempat kena pukulan telak ketika ujian tengah semester. Soal yang sebenarnya mudah, tapi karena saya tidak mengerti apa yang ditanyakan, jadinya apa yang saya jawab bukanlah yang diinginkan oleh soalnya. Haha ... begitu kunci jawaban diberikan saya tertawa sendiri meratapi nilai yang pastinya tidak akan mulus seberapa banyak pun saya berdoa.
Untuk masalah adaptasi makanan sepertinya tidak ada yang perlu dicemaskan, Di sini juga di jual nasi meski sedikit lebih mahal daripada roti. Yah, kalau mengingat saya yang tak akan kenyang makan roti, maka roti bisa dibilang lebih mahal dari nasi. Lauk pauk pun seringnya kami, para mahasiswa Indonesia, masak sendiri masakan Indonesia. Dengan bumbu senemunya lumayan lah mirip dengan aslinya.

Sabtu, 03 Desember 2016

Sebuah Pertanyaan

Beberapa saat yang lalu saya mendengar sebuah pertanyaan yang menarik perhatian saya. Pertanyaan yang begitu sederhana namun entah kenapa begitu menarik perhatian saya. Pertanyaannya adalah, “kenapa orang-orang barat begitu kritis terhadap suatu hal sedangkan kita – orang indonesia – tidak?”
Apakah kalian tahu jawaban dari pertanyaan tersebut? Atau malah kalian ingin menyangkal pernyataan yang ada di dalam pertanyaan tersebut? Sialakan berdiskusi sesuka hati kalian, karena memang tidak ada yang salah dengan berdiskusi. Namun kali ini, izinkan saya memberikan pemikiran saya untuk menanggapi pertanyaan di atas.
Sebelum itu saya ingin mengutip kalimat yang mungkin sangat kita kenal karena terdapat di bagian bawah buku tulis kita. Sebuah kalimat singkat yang sarat makna menurut saya. Kalimat tersebut adalah, “people become fool when they stop asking question,” yang artinya kira-kira, orang-orang menjadi bodoh ketika mereka berhenti bertanya. Dari kalimat itu saja kita telah mendapatkan kisi-kisi jawaban dari pertanyaan di atas. Bagai ada peraturan tak tertulis di Indonesia yang mengharuskan warganya untuk diam dan mengikuti tanpa banyak bertanya. Semua orang begitu canggung untuk menanyakan hal yang tidak diketahuinya karena menganggap hal tersebut wajar untuk diketahui. Sehingga orang yang tidak mengetahui hal itulah yang dianggap aneh. Hal tersebut tertanam dalam setiap orang-orang. Bahkan terkadang ada sebuah kata yang telah banyak digunakan, namun hanya sedikit orang yang mengetahui persis apa arti dari kata tersebut. Mengapa bisa begitu?
Kita – orang indonesia – terbiasa dengan ucapan, “sudah dari dulu begitu,” dan kalimat sejenisnya. Ketika orang bertanya dan selalu mendapatkan jawaban begitu, lama-kelamaan ia menjadi tidak tertarik lagi dengan hal-hal di sekitarnya. Ia akan selalu menganggap semua hal yang aneh memang dari sononya begitu. Sehingga ia merasa mempertanyakan hal tersebut adalah tindakan yang bodoh. Jika kalimat tersebut dibalik, maka kita akan mendapatkan pernyataan yang tepat. Kita menganggap mempertanyakan suatu hal adalah tindakan yang bodoh karena kita terbiasa mendapatkan jawaban, “memang dari sononya begitu,” atau kalimat yang serupa.
Jika memang telah terbiasa maka biarlah terbiasa. Sekarang bagaimana cara memperbaiki hal tersebut? Jawabannya hanya satu, mulailah memerhatikan segala hal yang terdapat disekitar kita. Jika kau memang memerhatikan baik-baik, kau akan menemukan beberapa pertanyaan-pertanyaan konyol yang mungkin sangat aneh untuk ditanyakan. Misal, kenapa air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah? Atau mungkin, dari mana debu itu berasal? Dan hal bodoh lainnya yang bahkan telah kau ketahui jawabannya. Jika kau menemukan pertanyaan sulit yang tak kau ketahui jawabannya, maka carilah jawaban dari pertanyaanmu itu. Dengan melakukan hal ini terus-menerus, lambat laun kau akan terbiasa berpikir kritis.
Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Ada pertanyaan-pertanyaan yang bermanfaat, ada pula yang tidak. Nah, mempertanyakan hal yang tidak bermanfaat inilah yang hanya akan membuang waktumu saja. Pertanyaan yang tidak bermanfaat contohnya pertanyaan yang diluar nalar manusia. Seperti mempertanyakan alam ghoib, mempertanyakan masa depan yang bahkan belum pasti, dan semacamnya.
Mungkin sekian pemikiran saya menanggapi pertanyaan di atas. Jika ada hal yang kurang tolong ditambahkan, jika hal yang lebih tolong jangan dikurangi. Maafkan bila ada perkataan yang tidak berkenan di hati dan terima kasih telah membaca. Sampai jumpa di kesempatan lainnya.