Sabtu, 26 April 2014

AKU MENCINTAI ORANG YANG MENCINTAI ORANG LAIN PART 1 (Karya: Eka Septiani Prayudi)

Aku memiliki seorang sahabat yang sudah jelas aku sayangi, meski memang aku lebih mencintai sahabatku yang lain. Aku sudah mengenalnya 8 tahun lebih mungkin, aku lupa detailnya. Dia sahabatku, salah satu tokoh dalam kisah ini, yang slalu menemani ku. Selama bersama dia, kalian dapat memanggilnya Dany. Itu panggilan kesayangannya. Sampai saat ini aku masih ragu dia sahabatku atau bukan, hahhaaa... Ya, kalian yang membaca kisah ini, anggaplah aku ini sangat mencintainya. Ini kisah kami

Di Kantin sebuah Kampus. (1 tahun sebelum kejadian)
“Kulitnya bersih dan putih, serta jelas dia punya badan yang atletis. Semua orang tau itu. Lagi pula dia terlalu sempurna untuk sekedar dipuji, bodoh!” Ujar Dany. “Lalu apa yang akan kamu lakukan , jika dia ada dihadapanmu sekaran, Ra?” lanjutnya dengan penuh prasangka.                                 
“Aku ndak tahu, dan aku pun tidak mau kau tahu, Jadi jangan banyak bertanya. Segera, habiskan makananmu, setelah itu kita kesana!” Aku jawab pertanyaannya dengan tanpa ekspresi.
“Ayolah, Ra! Kita kan sudah sahabatan lama Ra..” Dany mengoda ku.”8 tahun, kita juga sempat terpisah pula.” Aku meminum jus alpukat segar, itu kesukaanku.”Ahh, iya! Kamu benar juga, Ra. Kenapa selalu kau katakan itu padaku? anggaplah aku ini teman sejak lahir mu. Hehehe..”Dia akhirnya terkekeh sendiri. “ Ah, oke. Baiklah” aku katakan paDanya dengan nada tanpa ekspresi pula, namun sedikit memberikan rasa peduli, memang Dany itu sahabatku sejak kecil. Hanya saja, aku tidak pernah mengungkapkan rasa sayang pada Dany secara terbuka. Sebelumnya, akan kucerikan kisah persahabatan yang sederhana antara aku dan Dany.

Dia masih dalam hatiku, sampai saat ini. Belum pernah sedikitpun aku melupakannya. Namun, aku tak pernah bisa menyentuhnya apalagi mendapatkannya, tuhan. Aku lakukan apa yang bisa aku lakukan untuknya, demi kesenangan dan senyumnya. Aku lakukan yang terbaik! Meski jauh dAri pengetahuannya, ada satu hal yang belum dia ketahui, bahwa aku amat mencintainya. Tapi pada kenyataannya, dia tak sedikitpun menatap kembali harapan itu, dia tak pernah melakukan itu untuk ku, bahkan sedikitpun tidak. (potongan sebuah catatan)
***
Setahun silam, sore hari ketika aku tengah berada dalam kesepian yang amat sangat, bukan karena tidak ada gebetan yang menemani ku, tapi karena memang di rumah sedang tidak ada orang tua ku , aku ini anak tunggal, pak Rustam, supir Papa juga ikut, biasannya beliau juga yang menemani berbincang-bincang kalau Papa dan Mama sedang tidak ada dirumah. Tapi pada sore itu, ada keajaiban yang aku dapat! Serius ini! Setelah kebingungan dengan apa yang akan aku lakuakan, akhirnya aku kembali ke kamar dengan menaiki 37 anak tangga, lelah.
Ada pesan masuk diponsel ku. Sempat tak ku pedulikan, tetapi setelah melihat dAri jarak sekian, yang kubaca adalah ‘Tirta’. “Oh? Tirta? sms? baca baca!” Tak pakai lama untuk segera membuka pesan, lumayan disms Tirta. Sangat berharap aku disms Tirta, bukan hanya aku mungkin, tapi perempuan-perempuan dikelas ku juga pasti berharap sekali bisa disms Tirta meski untuk sesekali saja. Meski isi pesan Tirta tadi amat sederhana, aku tidak peduli, isi pesannya hanya ‘Mba?’, yap! singkat jelas dan padat, jelas dong, dia mengirim pesan itu bukan karena ingin memesan makanan, apalagi memesan barang-barang elektronik, memangnya aku ini apa. Orang-orang biasa memanggilku seperti itu. Ya ndak lama-lama deh aku segeramembalas. ‘iya,masTirta. Ada apa?’’ setelah beberapa saat aku baru sadar, karena terlalu bersemangat membalas pesan dAriTirta, sampai aku lupa memberi spacing. Maklumi ya..
Semakin lama, pesan itu semakin banyak, satu persatu, menjadi dua puluh satu, berjam-jam kami saling bertukar pesan. Isi pesan kami menjadi seru dan menArik untuk diteruskan. Ini menjadi suatu kejadian yang apik, penuh semangat dan canda. Aku jadi terfokus dengan ponsel dibanding dengan buku-buku disampingku. Mengapa aku sangat bersemangat? Karena dia adalah Tirta.. biar kujelaskan alasannya, pertama, Tirta adalah sosok laki-laki yang memang aku kagumi, yang kedua, Tirta sulit dipercaya, seorang Tirta mau dan dengan sungkan meladeni setiap pesan pesan yang ku kirim untuknya. Hahhahaa... rasannya mimpi ku menjadi kenyaataan, yang ketiga, kalau aku menceritakan hal ini kepada Dany, dia pasti amat terkejut dan bakal menjadi perbincangan yang membuatnya tertArik. Demi apapun aku amat tidak percaya sampai saat ini, kalau Tirta menyenangkan seperti itu. Selama ini, dia hanya menghubungiku karena ada tugas, atau dia butuh sesuatu informasi dAri ku, itu saja, cukup. Dia tidak banyak memperlihatkan kepedulian kepada orang lain meski kepada sahabatnya sendiri. Tirta, dia laki-laki yang difavoritkan dikelas, bukan hanya oleh siswi-siswi, bahkan bapak ibu guru pun ikut menspesialisasikannya, dia itu hampir sempurna, amat ideal.
***
“Dany? percaya ndak? Tirta sms Tiara semalam!” Aku penuh ekspresi saat membicarakan itu. “Iya? Demi apa?” Dany menanggapi ku dengan setengah peduli dan tidak.Datar banget deh ekspresinya. “Tapi, saya sih percaya aja ama kamu Ra. Terus, udah ketemu langsung? Gimana tuh aslinya?” Tambahnya. “Belum ketemu lah Dan. Lagi pula kalau ketemu, aku gerogi sekali!” Aku membalasnya, lalu melanjutkan, “Tapi, kenapa ya, apa alasannya dia tiba-tiba melunak seperti itu?” “udah deh, syukuri saja. Itu mau mu juga kan Ra?” tanyanya. “He’em” aku kembali ketempat duduk ku.
Selanjutnya, jam pertama dimulai. Ketika ku amati, Tirta tengah duduk di kursinya dengan amat tenang dan sesekali tersenyum karena ulah teman sebelahnya yang menggodannya, entah apa yang temannya katakan, tapi dia tidak terganggu sedikitpun, dia tetap menatap buku-bukunya itu. Sesekali dia tersenyum, amat menawan ketika senyum-senyum itu berkembang. Dia tidak menoleh 1o pun. Aku mencoba mencAri cara agar aku mampu meliriknya tanpa dilihat orang lain. Tapi untuk apa aku lakukan itu? Padahal sebelumnya aku tidak peduli meski Tirta duduk disebelahku. Entah kenapa, ini pasti efek semalam. Tapi bagaimana menurut kalian? Ini pasti wajarkan? Iya, ini wajar.
Ketika aku tengah menunduk anggun di kursi ku, karena ada soal-soal matematika yang harus aku hadapi, aku amat muak dengan itu. Setelah beberapa saat,aku terkejut setengah mati, “Ra, yang ini bisa ngga?” ketika aku mendongakan kepala, dengan pensil yang masih terselip ditelinga kanan ku, sebagian rambut menutupi wajahku, pasti berantakan, dan yang kulihat adalah Tirta, tengah berdiri didepan mejaku! “Oh? Apa? i. .. ni?”aku amat gugup benar. Betul sekali. Aku sempat menengok ke kanan dan ke kiri, juga kebelakang, karena aku benar-benar salah tingkah. Dan beberapa detik kemudian, aku baru ingat, aku masih menyelipkan pensil ditelingaku. Aku ambil dengan segera, Tiara! Kau amat terlihat bodoh! “Maaf Ta, tadi tanya apa?” aku malah balik bertanya kepadannya. “Ini Ra, soal ini apa kamu bisa?” Tirta mengulanginya. Tapi Tirta tidak menatapku sedikitpun. Dia malah menatap bukuku, dan beberapa saat kemudian, “Ra, pinjam ya buku ya, mau dicopy ke buku saya!” Tirta setengah senyum-senyum mengatakan itu padaku, kemudian dia kembali duduk di kursinya. Aku pun iya-iya saja, aku hanya bisa terdiam.
“Jangan sampai kamu  salah tingkah Tiara!” aku mecemooh diriku sendiri seperti itu. Sunnguh, sebelumnya aku tak pernah seperti itu, aku hanya anggap Tirta sebagai teman yang menyenangkan, hanya itu saja. Setauku, dia juga banyak diperebutkan oleh perempuan-perempuan di kelas. Pernah sampai suatu hari, Tirta meninggalkan kami semua, karena dia tersinggung, dengan perempuan yang memberinya sebatang cokelat merk dagangnya ndak usah disebut kali ya. Hihihiii.. pokoknya dia menyembunyikan amarah dAri teman-temanya dengan pergi menjauhi kami. Itulah dia, pandai menyembuyikan perasaan.
***
Setelah beberapa waktu ini dekat dengannya, meski hanya lewat sms dan slalu dibuat bingung karena rasa penasaran, mengapa-mengapa dia seperti itu. Hehehhee... tapi pada akhirnya aku jalani juga. Eitttsss.. tapi kedekatan itu tidak seperti yang kalian bayangkan ya, hanya dekat ‘lebih dekat dAri sekedar teman biasa’ itu saja, jadi jangan berfikir macam-macam tentang Aku ya. Begituuu..
Namun, semakin kesini, Tirta tidak hanya berani menyapaku lewat pesan. Kalau aku berPapasan dengan dia, dia pasti membalas dengan senyuman, atau bahkan dia menggodaku dengan ledekan apapun yang membuat aku ingin membalasnya lagi. Tapi tetap dengan nada tanpa ekspresi. Seharusnya aku sarankan dia untuk sekolah para aktor.
Dia itu orang yang menyenangkan benar ternyata. Dan suatu hari ketika pesan yang aku kirim kepaDanya tidak kunjung ada balasan, aku benar-benar merasakan makna galau dalam hidup. Orang tua ku tidak memberiku uang jajan 1 minggu aku tidak pernah segalau ini. Tapi hanya karena Tirta., aku sampai harus menArik selimut di atas ranjang, padahal mereka ndak salah apa-apa. Wajar kan? Tirta, teman laki-laki SATU-SATUnya yang dekat denganku saat ini. Dia bahkan lebih menyenangkan dAri sahabatku , Dany.
Sikap Tirta padaku semakin lunak. Dia tidak sungkan lagi datang dan balik lagi ke mejaku untuk sekedar bertanya mengenai pelajaran atau melakukan hal lain. Eeiitss.. jangan mikir macam-macam, maksudnya berdiskusi kelompok loh. Aku selalu bertukar fikiran dengannya, untungnya setiap ada pembagian kelompok, aku diperbolehkan memilih partner, dan aku selalu berebut dengan teman perempuan ku yang lain, ya jelas ingin memperebutkan Tirta.
Biar ku jelaskan Siapakah Tirta itu.
Tirta lahir di (setauku) di daerah ujung pulau , aku lupa nama daerahnya, dia lebih muda 2 bulan dAri ku. Setauku juga, semenjak kecil sudah menetap dan bersekolah disini, di Banjar Negara, Jawa Tengah. Satauku juga inimah, Tirta semenjak Tk sudah banyak mencuri perhatian orang dengan kemampuannya itu. Tau kenapa? Dia pernah diikutkan orang tuanya untuk lomba berhitung cepat melawan anak kelas 3 SD. Itu lomba ditingkat kota. Sangat mengagumkan! sewaktu SD, ya, aku pernah 1 bulan sekelas dengannya dikelas 4 saja. IV A. Dulu aku lebih suka ditempatkan dikelas VI B bersama Dany, semenjak kelas 1 B. Bosaan sekali memang. Aku tidak begitu tau kepribadiannya bagaimana. Aku pun harus pindah setelah 1 bulan Tirta masuk, dia anak yang pendiam tapi menghasutkan, ups salah maksudnya menghanyutkan, bapak dan ibu guru jadi lebih suka menaruh perhatian lebih kepadannya dibanding kepada ku dan Dany yang jelas-jelas kami bintang kelasnya. Aku harus pindah karena ikut orang tua ku pindah ke tempat lain karna urusan pekerjaan. Memang agak sedikit jauh ya.
Aku dan Tirta serta Dany bertemu kembali pada satu SMA yang sama. Kalau Aku dan Dany kita di SMP yang sama, entah dengan Tirta. Aku baru sadar ketika pengabsenan di kelas. Nama ku satu abjad dengan namanya, ‘TIARA’ selanjutnya ‘TIRTA’ . Aku benar-benar baru sadar pada hari itu, kalau Tirta yang dipanggil barusan adalah Tirta teman sebulan ku di SD. Setelah menengok 90o ke kanan, aku baru benar-benar yakin kalau dia Tirta si pemalu itu.
Semenjak hari itu aku mulai berteman dengannya, hanya sekedar teman. Tidak dekat sama sekali. Sesekali kita mengobrol. Tirta lebih nampak bersifat dingin ketika disisinya adalah perempuan, tapi ketika bersama sahabat laki-lakinya, dia pasti sumringah dan amat hangat menyenangkan, dia pribadi yang unik.
Dia juga satu-satunya siswa terpilih mewakili sekoalh dalam olimpiade fisika tingkat kota. Dia juga dapaat peringkat ke tiga setelah Aku. Setauku , Tirta mahir dalam permainan sepak bola atau futsal, hanya saja, dia paling tidak bisa jika disuruh push-up. Dia bodoh atau apa ya? Aku tidak tau, tapi jelas dia tetap menawan. Dia pernah meninggalkan pelajaran dan melakukan pertandingan antar pelajar se pulau jawa, dia mendapat dispensasi selama 1 minggu kala itu. Enak -.-.
Tirta itu, tinggi, putih bersih, senyumnya tidak pernah sama dengan orang lain yang terkadang terlihat tidak tulus, akan ku jamin, jika kalian melihat senyumnya, kalian akan segera mengambil ponsel dan ingin meminta berfoto bersamanya, hanya saja kalian malu dengan Tirta, betul? Yap, karena Aku juga alami sendiri perasaan alamiah seperti itu. Wajar wajar wajar! Selalu saja ada yang special dAri dirinya.
Karena dia seorang atlet, tentu badannya tidak lunglai seperti laki-laki di kelas yang lain, dia atletis. Paling suka sama pelajaran Penjasorkes, karena dia bisa tanding futsal dengan teman-temannya. Aku sering meledeknya, “Tirta! Pasti paling semangat kalau olahraga!’’ aku katakan itu dengan amat penuh semangat, tapi Tirta membalas dengan senyumnya, dia sibuk dengan teman-temannya. Malu pasti ya. Tapi aku sudah terbiasa dengan itu. Lagi pula pada saat itu, bagiku, Tirta hanya seorang teman.
***
Pesan yang tak terbalas itu larut bersama bintang-bintang malam. Pagi sekali, pukul 04.30 aku sudah terbangnn, mempersipakan diri untuk ke sekolah. Hari ini, sabtu! Aha! Hanya ada dua mata pelajaran, tidak memberatkan punggungku. Tapi aku suka kedua pelajaran itu.
Pukul 05.47 sedang kusisir rambut lebat, hitam berkilau ku, banyak yang memuji keadaan alami rambutku, tentu ini bukan karena shampoo, so, aku tak perlu sebutkan merk dagangnya kan. Hahahhaa.. ketika sudah siap, tancap tenaga untuk menuruni 37 anak tangga, aku langsung menuju ruang makan, MamaPapa ku sudah menunggu. Tidak banyak terjadi perbincangan di ruang makan. Kali ini , Papa ku yang akan mengantar sekolah. Sudah setengah tujuh, aku berpamitan pada Mama, aku menuju sekolah ku. Aku sebenarnya tidak sabar bertemu dan menatap Tirta.
Biasanya Pak Rustam yang mengantarku ke sekolah, supir yang sudah bekerja pada Papa bertahun-tahun lamanya, tapi entah kenapa kali ini Papa ingin mengantar ku. Dan aku senang , Papa sempatkan waktu untuk mengantar anak tunggalnya ini sekolah, tapi sialnya, padahal ini kali pertama masa SMA diantar Papa, kali pertama juga aku kena macet! Aku memaksa pada Papa untuk mengijinkan aku untuk keluar dan meneruskan perjalanan sendiri, tentu dengan tidak berjalan kaki, bodoh sekali aku ini, lagi macet total, tapi naik angkot juga. Motor pun sulit lewat, Papa mengijinkan aku. Aku langsung mencium Papa dan turun, bising sekali pokoknya , suara klakson mobil dan motor bahkan becak rombeng sekalipun.
Ini sudah pukul 07.04. aku pasti akan terlambat. Aku harus jalan sekitar 1 km lebih. “Apa ndak ada siswa yang jalan juga, minimal menemani aku toh” desahan ku semoga di dengar tuhan. Aku bahkan tak memikirkan jam pertama, aku sudah membayangkan aku membersihkan toilet karena aku terlambat, itu konsekuensinya.”Mba!” ada seseorang menepuk pundakku secara tiba-tiba, dengan reflek aku membuka mulut dan setengah berteriak, entah seberapa hancur ekspresiku saat itu,aku bahkan hendak mengambil posisi lAri sambil mencengkeram lengan ranselku sendiri. Bagaimana tidak, suara itu tiba-tiba datang dan mengejutkan. Ternyata dia adalah Tirta. “Mba? Rambutnya tuh, berantakan!” dengan Tirta berkata seperti itu dia tambah membuat ku malu setengah mati, aku sudah kaget, gugup, dan malu.Oh Tiara, mending dirimu nyebur ke comberan saja. Tapi Tirta sempat memberithuku sesuatu yang penting. Dia bercerita kalau ponselnya hilang, dia sudah mencoba mencAri sepanjang jalan, tapi dia juga yakin itu akan percuma, pasti sudah ada yang mengambilnya. Aku tidak banyak berkata-kata hingga pada akhirnya, “Mba? Saya kesana dulu ya . Ada urusan.”Tirta menutup pembicaraan. “Oh iya Mas Tirta.” Aku membalasnya dngan senyuman semanis mungkin.
***
Sampai dimuka gerbang, “Loh kok sepi sekali!” aku heran tujuh keliling.masa libur? Hari sabtu ini. apa aku yang salah hari, ada rapat apa. Aku berkata dalam hati lagi, apa karena macet . seluruh warga sekolahku berjalan kaki juga. “Tiara.. hari ini masuk siang, jam 10.00 baru masuk , Tiara” Pak Satpam datang dan langsung mengatakan itu padaku. “Ahh, luppaa Pak!” aku benar benar lupa untuk mengingat itu. Aku juga mana ingat untuk bertanya pada kawan kawan , pasti mereka tidak memberitahuku, karena mereka sangka , aku sudah tau dan tidak akan lupa! Ohh benar benar menyebalkan. “Gimana? Mau masuk saja?” tanya pak satpam “Iya pak. Mau apa juga di gerbang aja.” Aku tidak berfikir panjang lagi. Aku harus puas menunggu dua setengah jam sampai benar-benar seluruh siswa kumpul di kelas. Dany yang baru saja datang dan duduk, aku langsung ajak biacara, “Dan, tadi Tiara kesekolah jam tujuh.” Tuturku dengan malu-malu. Aku juga menceritakan tentang pertemuan dengan Tirta.
“Ta! Wihh.. Arsenal kalah1 payah!”Ari langsung memotong jalan Tirta , padahal dia baru saja sampai didepan pintu kelas. “Weh, santai mas Brow, nanti juga main lagi bakal babat habis musuh” Tirta tersenyum senyum dengan manis dan sumringah. Arsenal adalah tim sepak bola favoritnya.
Mendengar suara Tirta, Dany bangkit dan langsung menunjukya dengan amat lurus ke tatapan mata Tirta sambil berteriak “Tirta! Walah walah! Sampean ora beres! Kenapa ndak kasih tau Tiarahari ini msauk siang, hah? Padahal kamu sendiri tau kan?” “he’em.. Mas Tirta jahat.” Aku memanja pada Dany. Tirta menjawabnya dengan amat santai dan mengagumkan menurutku, “Saya juga berangkat pagi, pakai seragam juga, tapi saya ndak lupa kalau hari ini masuk siang.” “Ada benarnya juga Ra! Kamu sih pake acara lupa-lupa segala” Dany malah memojokkan ku. “loh belanya aku mba, bukan Tirta yang sampan bela” Aku tertawa , Tirta tersenyum saja. Dany kembali duduk di kursinya dan mengambil posisi tidur dimeja sambil menutupi wajahnya dengan tas. Sudah menjadi kebiasaan. Aku masih berbincang-bincang dengan Tirta. Dan Tirta menutup pembicaraan ini dengan apik juga. Dia meminta maaf karena tidak memberitaunya tentang hal itu, dia kira, aku punya urusan sehingga aku datang pagi. “Mba Tiara, maaf ya tadi.” Tirta mengucapkan itu dengan amat lembut. Aku menatapnya dengan manja sambil meremas lengan bajunya dan berkata, “ndak apa-apa mas Tirta.. ini pengalaman unik juga” tanganku menyentuh lembut setiap bagian tangannya , saat sampai di pergelangan tangannya, Tirta meraihnya sesaat dan melepaskannya. Secepat itu juga ia duduk di kursinya. Aku masih kaget. Entah ada yang melihatnya aatau tidak. Tapi yang jelas, hari ini, aku berhasil meraihnya...
***
Minggu, sehari setelah kejadian itu, aku ingin cepat hari senin rasanya. Ingin kembali melihat Tirta dengan lembut seperti hari sabtu. Tapi-tapi setelah itu, aku mendapatkan info penting yang aku syukuri, bahwasannya Tirta bukan penyuka sesama jenis. Berarti sebenarnya dia tertarik pada perempuan.
“Ta? Ko ndak sms sih?” kemudian aku ingat , “Oiya, Hpnya hilang!” aku berbicara sendiri dikamar. Mentari pagi membawa semangat yang indah. Rencananya aku akan pergi bersama Dany. Katanya dia punya kejutan indah. Hehehe.. ndak sabar pengen tau. Setelah bersiap-siap, aku kenakan gaun yang kontras dengan warna kulit ku, rambut yang panjang ini, kugerai indah, aku ingin terlihat cantik sekali. Setelah menunggu Dany menjemput beberapa saat, aku pergi juga dengannya ke pusat perbelanjaan terbesar di Kota ku.  “Yah Dan, kenapa ndak bilang mau kesini? kalau gitu aku bawa daftar buku yang akan aku beli” aku sedikit mennyesal. Aku kan pelupa. Aku tidak ingat mana buku yang akan kubeli. “udahh! Kamu ngga bakal inget deh ama itu buku-buku kamu Ra” Dany meyakinkan ku.
Setelah masuk, Dany membawa ku duduk di sebuah tempat makan, aku sendiri sibuk mengingat daftar buku yang akan kubeli dan tiba-tiba “Maaf yoo lama menunggu” “Tirta? Oh? Apa ini? sengaja apa engga ?” Aku bingung kenapa Tirta ada dihadapan ku tiba-tiba. “Jelas kita sudah janjian dong Ra” tutur Dany. Perjalanan kami sangat lama. Aku baru selesai bicara dengan Tirta pukul dua siang. Banyak sekali obrolan yang kami bicarakan. Kami pulang masing-masing, Tirta harus ikut latihan sepak bola, Dany harus menjemput ibunya, Aku jadi pulang sendiri, aku menolak Pak Rustam untuk menjemputku.
***
Sore hari aku menunggu Pak Rustam menjemputku, tapi dengan ditemani Kak Syukron. Dia mantan ketua MPK. Dia kenal dengan keluarga ku. Kami mnegobol lama sekali. Obrolan kami sangat bermakna.aku sempat berterimakasih atas kebaikannya menemaniku. Sesampainya di rumah aku dapat kabar kalau Dany akan pindah ke palembang. Aku amat terkjut.bagaimana mungkin, baru saja 3 hari  yang lalu kita berjalan-jalan. Aku mencoba menghubunginya tp sulit, dia bilang dia sedang tidak ingin diganggu, kenyataanya dia berbohong! Aku menangis semalaman karena aku pasti akan seperti kehilangan separuh tubuhku. Dany melarangku menemuinya untuk saat ini, ponselnya tak dapat dihubungi. Kini aku baru sadar, dia benar benar sahabat ku. Dia sudah terlanjur dalam perjalan ke pulau Sumatera sana, aku jadi mengingat bagaimana sosok sahabatku itu. DANY PUTERI BINAVAN, perempuan yang super tomboy tapi memiliki rasa sayang yang luar biasa terhadap sahabatnya. Akulah sahabatnya.Aku slalu mengabaikan kata kata ‘aku sayang pada mu sahabatku’ aku tidak pernah ucapkan itu pada Dany. Padahal Dany banyak mengorbankan hal – hal untuk membuatku senang. Aku kini menginginkan Dany kembali..
***
Hubunganku dengan Tirta semakin erat. Kami kini saling menjaga satu sama lain, Tirta bahkan sering datang ke rumah untuk main, dan belajar serta bertemu orang tuaku. MamaPapaku sangat mendukung hubungan kami, karena diantara kami tidak ada yang merugikan satu sama lain, ya itupun setelah melihat progres nilai kami. “Papa mau ajak kamu main PS lagi tu. Cuma sekarang Papa masih di kantor” aku ingat pada pesan Papa untuk Tirta. “Papa mu kalah terus” Tirta kemudian menutup wajahnya dengan buku seakan menutupi ejekan yang keluar dari mulutnya.
Ujian kelulusan tengah kami jalani, kami mengurangi aktifitas kami bertemu. Kami tetap fokus pada tujuan hidup kami masing-masing. Ya, aku juga sambil mengingat, ini sudah 1 tahun 4 bulan Dany tidak ada dalam kehidupanku. Aku amat merindukannya.
Ketika kami dinyatakan lulus dengan nilai amat memuaskan, kami juag sudah diterima di PTN yang terfavorit di negeri ini. Sayangnya, kami terpisah . Tirta harus ke ITB. Dan Aku mengambil di UB.  Keberangkatan Tirta ke Bandung sejam lagi, aku dan keluarga siap-siap ke bandara.Perpisahan itu sangat memilukan benar. Ayah dan Ibu Tirta mencium anaknya dengan penuh kasih sayang, kemudian MamaPapaku memeluk dan menciumnya pula, aku yang terakhir mendapat giliran menyentuhnya, Tirta menArik lengan kananku dan meraih pundakku selebut memeluk sebuah boneka. Aku tak kuasa menahan tangis, air mata ini menetes tanpa ragu , ketika Tirta mengusap pipiku dan membisiskan kata “I love You” sekejap aku berhenti terisak. Dan Tirta mencium keningku dengan perlahan. Setelah moment indah itu, Tirta yang mengenakan jas hitam dan kemeja putih, dipadu dengan bawahan jeans dan sepatu menarik kopernya kedalam bandara lebih jauh, lebih jauh, hingga aku tak dapat lagi melihat bayangannya.
Aku kembali ke rumah dan aku pun bersiap pindah ke Malang. Orang tua ku menemani dan akan tinggal disana untuk beberapa hari.
***
Kali ini aku sudah resmi menjadi mahasiswi di UB. Dan taukah kalian? Aku sudah bertemu dengan sahabatku lagu, Dany..! Dany pindah lagi kemari dan kuliah disini tapi dengan fakultas yang berbeda dengan ku. Tak apa! Aku sudah mendapat penjelasan kenapa dia pergi tiba – tiba seperti itu. Akupun tidak marah sama sekali paDanya. Aku menjadi merasa kembali pada masa SMA dulu. Dimana aku dan Dany selalu bersama, hanya Tirta saja yang tidak bersama kami. Masih ingat kisah pada halaman pertama? Obrolan aku dan Dany dikantin? Ini lanjutan kisahnya, flashbacknya sudah selesai
Jadi ada Pria yang menyukaiku, dan Dany terus bertanya dan meledekku, aku jadi sebal paDanya. Padahal Dany bilang sendiri, dirinyalah yang menyukai Pria itu, “Ayolah Ra, dia suka loh sama kamu Ra” Dany mengoceh lagi. “Dan, denger ya, aku punya Tirta disana. Jangan coba-coba meledekku lagi” aku menegaskannya. “Kalau dilihat lihat dia miripTirta ya Ra!” Dany benar-benar membuatku marah.
***
Beberapa hari ini Dany berubah, aku sedkit sebal paDanya.” Aku berbincang dengan Tirta lewat telfon. “Aku ngga mungkin tau dia kenapa bisa begitu” Tirta kembali tanpa ekspresi.  “Iya pasti mas ndak akan tau,” pada akhirnya obrolan kami tidak hanya tentang Dany, tapi ke masalah kami masing-masing, meluapkan rindu .
Malam sekali pukul satu dini hari, aku ditelfon seseorang yang menggunakan ponsel Dany, kalau Dany kecelakaan dan parah keadaanya di rumah sakit. Aku diminta ke rumah sakit saat itu juga..aku tanpa gas dengan mobil selarut itu, aku tidak merasakan kantuk sedikitpun. Sesampainya disana aku menemani Dany dalam kondisi dia sadar. Dany memintaku untuk membaca dan memiliki buku catatannya yang dia simpan dalam lokernya di kampus, aku sambil menangis ketika Dany mengatakan itu. Dany memintaku untuk keluar dan pulang, dia bilang dia ingin istirahat.
Aku terduduk seketika melihat dari pintu ruangan Dany, aku menangis dengan suara tertahan. Aku takut kehilangannya, aku menelfon Tirta sambil sesenggukan , Tirta terus mencoba membuatku tenang. Sekian hari aku bolak balik rumah sakit, Dany tidak mengalami perkembangan, malah mengalami penurunan. Pada hari itu aku putuskan untuk tidak ke rumah sakit, aku tidak sanggup meilhat Dany lagi. Aku ke kampus Dany dna mengambil buku catatan itu. Aku baca di kamar ku sambil membayangkan wajah Dany dan Tirta.
Kubuka halaman perhalaman buku catatan biru tebal sekali itu. Catatn apa itu , aku tau setelah membacanya, itu diary milik Dany, sejak SD hingga kuliah. Aku sempat terkekeh membaca kata tiap kata yg ia tulis. “Bodoh! DanyDany, “ aku sempat ucapkan itu ketika Dany menulis dalam bukunya, ‘kenapa ya aku terlahir dalam tubuh wanita’ hahahahaha.. dia memang amat tomboy.
Aku membaca sambil menagis meraung di kamar, aku amat menyesal tidak mengetahui ini, Dany.
(Halaman pertama)
Diary.. Aku punya teman baru nih,, namanya Tiara Rizvan Arsyani, bagus ya namanya diary.. aku harap dia jadi sahabatku. Do’ain ya Diary..
Udah dulu ya Diary                                  juli 2001
(halaman 123)
Diary.. aku sedih banget nich.. masa Tiara mau pindah. Aku udh kenal dia banget tau. Udah 4 tahun loch kita kenal sekarang mau pindah. Tapi tapi diary, aku jg dpet temen baru loch namanya Tirta! Guanteeenngg tauu. Dia juga pemaluu.. aku kayanya suka deh sama dia diary, Tiara? Kamu harus tau ini ya..
Udah dulu deh diary coret-coretnya                oktober 2004
(halaman 236)
Hari ini aku bahagia, aku sekelompok dengan Tirta untuk ujian seni tAri. Tirta imut banget deh .Tiara! aku beneran suka deh kayanya sama dia. Mudah”an dia satu sekolah ama kita nanti di SMP. Kayanya kalau kamu liat Tirta yg skarang, kamu pasti suka dia..                                                                      mei 2006
(halaman 324)
Hari pertama masuk smp. Aku bertemu sahabatku. Tiara. Tiara bertambha cantik dan tinggi. Sayangnya, Tirta ngga ada disini, nanti kalau kita ketemu Tirta, akan aku ceritakan tentangnya.
Kamu jangan suka ya ama dia Ra.                 Juli 2006
(halaman 498)
Tuhan aku berhasil brtemu dengannya. Orang yang aku cintai amat aku cintai, seandainya tuhan, waktu itu tepat, aku tidak akan bisa merelakan Tirta untuk Tiara. Tapi karena ketidak tepatan itu, aku belajar untuk merelakan cinta ku untuknya. Aku ingin berbagi crita pada sahabatku, kalau aku mencintai orang yang dia cintai.. tp itu menyakitinya..Tuhan, jika kau panjangkan umurku, maka biarkan aku menutupi rasa ini pada Tirtaa.. bisakah kau katakan pada Tirta aku mencintainya? Aku tau kau punya banyak cara..                                                               juli 2010
(halaman 527)
Hari ini, Tiara mendapatkan pesan mu Tirta, aku bahagia, akhirnya kamu dapat teman yang pasa untuk kau ajak berbagi, ketika kudengar itu, aku meremas rok ku dibawah meja , aku sedih menahan air mata, aku berusaha menahan ekspresi itu dengan mencoba terseyum. Tiara.. itu adalah keinginanmu untuk memilikinya..                                                    Desember 2012
(halaman 621)
Kisah cintaku tak pernah rumit tuhan.
Hari sebelum ini, hari ini, dan hari sesudahnya, aku dan penantianku akankah berakhir?
Aku pernah membelamu Tiara dihadapanya dengan menunjuknya dengan tanganku, tepat dimatanya, aku gemetar Tirta, aku balikkan badanku dan menatap Tiara. Aku ingin kau tau, itu pertama kali aku sedekat itu denganmu
Hari itu juga aku melihat engkau meraih jemAri lembut Tiara. Aku melihatya dibalik tas ku. Aku meneteskan bebrapa air mata disana Tirta. Aku juga ingin itu tuhaan..
Pernah kau berjalan bersama Tiara dan aku hanya meratapinya dAri kejauhan, aku juga menginginkanya tuhan..
Aku tunggu waktu yang seperti itu dalam hidupku.. aku hancur melihat laki-laki yang nampak sepertmu Tirta.. betapa beruntungnya hidup mu Tiara..kamu miliki segalanya. Aku iri padamu, tapi aku pun terlalu sayang padamu. Kini aku hanya mencintai orang yang mencintai orang lain, dan aku barada diantara keduanya. Kau tau? Betapa sulitnya memendam perasaaan ini begitu lama? Aku harap aku tidak merasakannya lagi.Ini catatan terakhirku tentangmu Tirta...
Selamat tinggal kisah cinta abadi dalam kenangan
                                                                                      Aku cinta padamu
--2013---
Dany Puteri Binavan

Bersambung…